MENGENAL FUNGSI IMAGE STABILIZER


Image Stabilization (IS) atau disebut juga "stabilizer" (istilah yang akan saya gunakan dalam artikel ini) adalah fitur yang berfungi mengatasi masalah blur yang tak diinginkan, akibat getaran / gerakan tak disengaja dari kamera ketika Anda memotret menggunakan tangan Anda. Sedangkan getaran atau gerakan yang tak disengaja itu dikenal dengan istilah "kamera shake". Salah satu jenis stabilizer umum yang bisa Anda lihat terletak pada lensa DSLR. Jika lensa Anda memiliki stabilizer (IS, VR, VC, atau OS) Anda akan melihat tombol switch "on/off" untuk mengaktifkan stabilizer seperti gambar di atas. Untuk beberapa lensa, fitur ini terdiri dari beberapa tombol untuk pengaturan lanjutan atau bahkan bekerja secara otomatis dalam lensa.

Umumnya stabilizer bekerja dengan cara mengkompensasi gerakan angular yang terjadi pada sumbu proyeksi gambar, agar kembali sejajar ke sumbu yang lurus sampai ke sensor gambar. Tetapi ada juga stabilizer elektronik yang mekanisme kerjanya dapat mengkompensasi rotasi. Image stabilization (IS) tidak hanya digunakan pada tubuh lensa saja (lens-based), tetapi juga ditanamkan pada bodi kamera (body-based) yaitu pada sensor gambar. Kedua jenis stabilizer tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Saat ini stabilizer digunakan pada kamera fotografi, video, teleskop astronomi, dan juga smartphone kelas atas.

Kegunaan Image Stabilization (IS) Dalam Fotografi

Dalam fotografi, lensa maupun kamera yang memiliki stabilizer atau IS ini, akan memungkinkan fotografer untuk menggunakan shutter speed "(-) 3-4 stop" lebih lambat dari kecepatan ideal agar kamera tidak goyang. Tetapi ada laporan uji coba yang bahkan bisa menggunakan shutter speed lebih lambat dari itu dengan bantuan stabilizer.

Mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, bahwa sebenarnya ada rumus sederhana untuk menentukan nilai shutter speed ideal pada lensa "TANPA STABILIZER / NON-IS", untuk menghindari masalah kamera goyang, dan ini mengacu pada focal length yang digunakan pada kamera format 35mm (SLR atau full-frame).

Rumus: 
focal length = shutter speed ideal

Contohnya seperti ini, jika Anda menggunakan focal 125mm pada kamera full-frame, maka nilai shutter speed yang ideal untuk menghindari kamera goyang adalah 1/125s. Paham? Rumus ini dikenal sebagai "1/mm rule". Tapi jika nilai yang digunakan di bawah 1/125s, akan berpotensi terjadinya getaran atau guncangan kamera yang bisa mempengaruhi ketajaman gambar akibat blurring. Itu jika perangkat Anda tidak memiliki stabilizer. Tapi jika lensa atau kamera Anda memiliki stabilizer (IS), keuntungannya Anda bisa menggunakan kecepatan 1/15s atau 1/8s untuk menghasilkan kualitas ketajaman yang setara dengan kecepatan 1/125s pada perangkat tanpa stabilizer. Dari mana angka-angka itu diperoleh? Itulah hasil dari penurunan (-) 3-4 stop shutter speed. Hitungan "stop" untuk shutter speed cukup rumit, saya akan jelaskan secara sederhana, rumusnya seperti ini:

Rumus (-) 3 stop: 
125mm : 2 =  62,5. Kemudian 62,5 : 2 = 31,25. Kemudian 31,25 : 2 = 15,625 (dibulatkan jadi 15)

Rumus (-) 4 stop: 
15,625 : 2 = 7,8125 (dibulatkan jadi 8)

Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh 1/15s dan 1/8s. Yang jelas ini sangat berguna, karena pencahayaan yang dihasilkan oleh 1/15s lebih banyak daripada 1/125s. Untuk memahami hubungan pencahayaan dengan shutter speed
Tapi sekali lagi ingat, rumus dan contoh di atas mengacu pada kamera format 35mm seperti full-frame. Jika DSLR Anda menggunakan sensor lebih kecil dari 35mm seperti APS-C, APS-H, dll, maka untuk mengetahui nilai shutter speed ideal mengacu pada kesetaraan (equivalent) focal length pada kamera 35mm. Caranya dengan menghitung crop-factor DSLR Anda.

Rumus: 
focal length x crop factor = shutter speed ideal

Contohnya seperti ini, jika Anda menggunakan lensa tanpa stabilizer dengan focal length 50mm pada DSLR format APS-C (misalnya Canon 600D). Sementara Canon 600D diketahui memiliki crop-factor "1.6", maka nilai shutter speed idealnya dihitung 50mm x 1.6 = 80mm yaitu kecepatan 1/80s. Itu perhitungan untuk lensa tanpa stabilizer, jika menggunakan stabilizer silahkan hitung lagi menggunakan rumus (-) 3-4 stop di atas. Bisa dipahami? Untuk mengetahui lebih dalam tentang crop-factor

Perlu juga diingat bahwa image stabilization (IS) ini tidak bisa mengatasi blur akibat gerakan subjek atau goncangan kamera yang ekstrim. Jadi bedakan antara getaran kamera dengan gerakan subjek yang Anda foto. Stabilizer atau IS hanya dirancang untuk mampu mengurangi (mereduksi) blur dari getaran normal, bukan goncangan yang berlebihan. Namun pengembangan IS sudah bisa mendeteksi gerakan panning yang disengaja atau lebih agresif. Jika lensa atau kamera yang Anda gunakan tidak memilki stabilizer, maka solusinya dengan menggunakan tripod. Pertanyaannya, apakah Anda akan terus-terusan membawa tripod saat memotret? Tidak kan? Makanya fungsi IS ini dibutuhkan dan jangan heran jika lensa dengan stabilizer lebih mahal daripada lensa non-stabilizer.

Untuk keperluan astrophotography, seperti memotret Bima Sakti (Milky Way), Aurora, Bulan, Bintang, dll, dibutuhkan stabilizer khusus untuk menangani pergerakan benda-benda langit saat kamera diset "long exposure" . Stabilizer lensa tidak berlaku lagi di sini, karena kamera akan menggunakan tripod, sehingga yang dibutuhkan adalah stabilizer khusus yang ditanam dalam bodi kamera (body-based). Contohnya DSLR Pentax K-5 dan Pentax K-r dapat menggunakan kemampuan "sensor-shift" untuk mengurangi bintang berjalan saat long exposure "jika" dilengkapi dengan aksesori O-GPS1 GPS untuk data posisi. Akibatnya, stabilisasi mengkompensasi gerakan bumi, bukan lagi kamera.
Nama-Nama Stabilizer Yang Digunakan Produsen Lensa

Setiap produsen (kamera, lensa, smartphone) menggunakan nama yang berbeda untuk stabilizer miliknya. Misalnya Canon menggunakan nama familiar "Image Stabilizer (IS)" dan Nikon menamakan "Vibration Reduction (VR)". Meski namanya berbeda, tapi tujuannya sama yaitu untuk mengatasi kamera goyang. Berikut nama-nama stabilizer dari produsen yang populer saat ini:


  • Image Stabilizer (IS) - Canon
  • Vibration Reduction (VR) - Nikon
  • AntiShake (AS) - Konica Minolta
  • In Body Image Stabilisation (IBIS) - Olympus
  • Optical SteadyShot (OSS) - Sony (Cyber-shot dan Alpha E-mount)
  • MegaOIS, PowerOIS - Panasonic dan Leica
  • SteadyShot (SS), Super SteadyShot (SSS), SteadyShot INSIDE (SSI) - Sony
  • Optical Stabilization (OS) - Sigma
  • Vibration Compensation (VC) - Tamron
  • Shake Reduction (SR) - Pentax
  • PureView (phone optical stabilised sensor) - Nokia
  • UltraPixel - HTC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Low-key Portrait

Waktu Yang Tepat Menggunakan Lampu Flash Saat Memotret